STRATEGI PEMBELAJARAN
Pengertian Keberhasilan
Keberhasilan belajar pada dasarnya merupakan perubahan positif selama dan
sesudah proses belajar mengajar dilaksanakan. Keberhasilan ini antara lain
dapat dilihat dari keterlibatan peserta ddidik secara aktif dalam proses
pembelajaran dan perubahan positif yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses
belajar mengajar tersebut. Keterlibatan peserta didik tersebut tidak dapat
dilihat dari segi fisiknya saja, melainkan yang lebih penting adalah dari segi
intelektual dan emosional. Selain itu, keberhasilan belajar mengajar juga dapat
dilihat dari dua segi. Dari segi guru dalam mengajar dan ketepatan guru memilih
bahan ajar, media dan alat pengajaran dan juga dari segi murid yang mempunyai
keinginan yang kuat pada diri setiap siswa untuk belajar mandiri yang mengarah
pada terjaddinya peningkatan baik pada terjadinya peningkatan baik dari segi
kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Namun ada juga yang menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar
dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan
filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada
kurikulum yang berlaku pada saat ini. Untuk itu dapat dikatakan bahwa menurut
penulis “suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran
dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khusus (TIK)-nya dapat
tercapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes formatif
setiap selesai menyajikan satu bahasa kepada siswa. Penilaian formatif ini
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai Tujuan Instruksional Khusus
(TIK) yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan
balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan
melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil.
B. Indikator Keberhasilan
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil
adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik sebacara individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK)
telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur
keberhasilan adalah daya serap.
C. Penilaian Keberhasilan
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat
dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang
lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian
sebagai berikut:
1. Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan
tertentu dan bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes
ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam
waktu tertentu.
2. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan
dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap
siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatiif
ini diimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan
dalam menentukan nilai rapor.
3. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok
bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun
pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan
belajar siswa dalam suatu periode
belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas,
menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
D. Tingkat Keberhasilan
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah
yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah
dicapai. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
·
Istimewa/maksimal :Apabila seluruh bahan pelajaran yang
diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
·
Baik sekali/optimal :Apabila sebagian besar (76% s.d 99%)
bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
·
Baik/minimal :Apabila
bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% saja dikuasai oleh siswa.
·
Kurang :Apabila
bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam
pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut,
dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan
siswa dan guru.
E. Program Perbaikan
Taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar dapat
dimanfaatkan untuk berbagai upaya. Pengukuran tentang taraf atau tingkatan
keberhasilan proses belajar mengajar ini ternyata berperan penting. Karena itu,
pengukurannya harus betul-betul syahih (valid), andal (reliable),
dan lugas (objective). Hal ini mungkin tercapai bila alat ukurannya
berdasarkan kaidah, aturan, hokum atau ketentuan penyusunan butir tes.
Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Mengulang pokok bahasan seluruhnya
b. Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai
c. Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama
d. Memberikan tugas-tugas khusus
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Jika ada guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam
mengajar, adalah ungkapan seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari
kepribadian seorang guru. Mustahil setiiap guru tidak ingin berhasil dalam
mengajar. Apalagi jika guru itu hadir ke dalam dunia pendidikan berdasarkan
tuntutan hati nurani. Panggilan jiwanya pasti merintih atas kegagalan mendidik
dan membina anak didiknya.
Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru
berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarnya dengan
baik dan sistematik. Faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya proses
belajar mengajar sangat bergantung dari hal-hal berikut, yaitu:
1. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan
pengajaran. Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan
pengajaran yang dilakukan oleh guru, dan
secara langsung guru mempengaruhi kegiatan belajar anak didik. Guru dengan
sengaja menciptakan lingkungan belajar guna mencapai tujuan. Jika kegiatan
belajar anak didik dan kegiatan mengajar guru bertentangan, dengan sendirinya
tujuan pengajaran pun gagal untuk dicapai.
Karena sebagai pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam
setiap kali kegiatan belajar mengajar, maka guru selalu diwajibkan merumuskan
tujuan pembelajarannya.
2. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan
kepada anak anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam
bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak
didik menjadi orang yang cerdas. Setiap guru mempunyai kepribadian
masing-masing sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka menjadi
guru. Kepribadian guru diakui sebagai aspek yang tidak bias dikesampingkan dari
kerangka keberhasilan belajar mengajar untuk mengantarkan anak didik menjadi
orang yang berilmu pengetahuan dan berkepribadian. Guru yang bukan
berlatar belakang pendidikan keguruan dan ditambah tidak berpengalaman
mengajar, akan banyak menemukan masalah di kelas.
3. Anak Didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Orang
tuanyalah yang memasukkannya untuk dididik agar menjadi orang yang berilmu
pengetahuan di kemudian hari. Tanggung jawab guru tidak hanya terdapat seorang
anak, tetapi dalam jumlah yang cukup banyak. Kepribadian mereka ada yang
pendiam, ada yang periang, ada yang suka bicara, ada yang kreatif, ada yang
keras kepala, ada yang manja, dan sebagainya.
Dengan demikian, dapat diyakini bahwa anak didik adalah unsure menusiawi
yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar berikut hasil dari kegiatan itu,
yaitu keberhasilan belajar mengajar.
4. Kegiatan Pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru
dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak
didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar
bagi kepentingan belajar anak didik. Anak didik adalah orang yang digiring ke
dalam lingkungan belajar yang telah diciptakan oleh guru.
Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar
mengajar. Hasil pengajaran yang dihasilakan dari penggunaan metode ceramah
tidak sama dengan hasil pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode Tanya
jawab atau metode diskusi. Jarang ditemukan guru hanya menggunakan satu metode
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan rumusan tujuan
yang guru buat tidak hanya satu, tetapi bias lebih dari dua rumusan tujuan.
5. Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat didalam kurikulum yang
sudah dipelajar oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan
pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk
buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik. Setiap anak didik dan guru wajib
mempunyai buku paket tersebut guna
kepentingan kegiatan belajar mengajar di kelas. Alat-alat evaluasi yang umumnya
digunakan tidak hanya benar-salah (true-false) dan pilihan ganda (multiple-choice),
tapi juga menjodohkan (matching), melengkapi (completion), dan essay.
6. Suasana Evaluasi
Selain factor tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, serta bahan
dan alat evaluasi, factor suasana evaluasi juga merupakan factor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi biasanya
dilaksanakan di dalam kelas. Semua anak didik dibagi menurut kelas
masing-masing. Kelas I, kelas II dan kelas III dikumpulkan menurut tingkatan
masing-masing. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas
akan mempengaruhi suasana kelas. Sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang
dilaksanakan.
Sikap yang merugikan pelaksanaan evaluasi dari seorang pengawas adalah
membiarkan anak didik melakukan hubungan kerja sama di antara anak didik.
Pengawas seolah-olah tidak mau tau apa yang dilakukan oleh anak didik selama
ulangan. Tidak peduli apakah anak didik nyontek, membuka kertas kecil yang
berisi catatan yang baru diambil dari balik pakaian, atau membiarkan anak didik
bertanya jawab dalam upaya mendapatkan jawaban yang benar. Lebih merugikan
lagi adalah sikap pengawas yang dengan
sengaja menyuruh anak didik membuka buku atau catatan untuk mengatasi ketidakberdayaan
anak didik dalam menjawab item-item soal. Suasana evaluasi yang demikian tentu saja,
disadari atau tidak, merugikan anak didik untuk bersikap jujur dengan
sungguh-sungguh belajar dirumah dalam mempersiapkan diri menghadapi ulangan.
Dapak di kemudian hari dari sikap pengawas yang demikian itu adalah
mengakibatkan anak didik kemungkinak besar malas belajar dan kurang
memperhatikan penjelasan guru ketika belajar mengajar berlangsung. Hal inilah
yang seharusnya tidak boleh terjadi pada diri anak didik. Inilah dampak yang
merugikan terhadap keberhasilan belajar mengajar.
G. Keberhasilan
Belajar Mengajar Menurut Ajaran Islam
Didalam sumber ajaran
islam, Al-Quran dan Al-Sunnah di jumpai berbagai isyarat dan petunjuk yang
menggambarkan adanya keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar. Di antaranya
adalah sebagai berikut :
1. Mengukur keberhasilan belajar mengajar dari segi penguasaan pengetahuan
kognitif, sebagaimana yang di perlihat dalam surah Al-Baqorah ayat 30-32 yang
menggambarkan tentang keberhasilan Nabi Adam AS.
2. Mengukur keberhasilan belajar mengajar dari segi ranah afektif, sebagaimana
yang terlihat pada surah ayat yang menceritakan tentang Nabi Musa AS.
3. Mengukur kebrhasilan pengajaran dari segi Psikomotorik sebagai mana
terlihat pada surah dan ayat yang menceritakan kemampuan Nabi Nuh AS.
4. Kemampuan Spiritual, sebagaimana yang terlihat pada surah Yusuf ayat yang
menceritakan tentang kemampuan Nabi Yusuf AS.
5. Kemampuan mengendalikan emosi yang negatif, sebagaimana yang terlihat pada
surah ayat yang menceritakan tentang kesabaran Nabi Ayub AS dalam menerima
ujian dari Allah SWT.
6. Kemampuan menumbuhkan kepedulian dan kepekaan untuk mempertahankan
nilai-nilai luhur yang universal sebagaimana terlihat pada surah ayat yang
menceritakan tentang kesediaan Ashab Al- Ukhdud untuk rela mati membela
kebenaran.
7. Kemampuan menumbuhkan rasa empati, kepekaan, dan kepeduliaan sosial untuk
membantu sesama saudaranya dalam berbagai keadaan senang maupun susah,
sebagaimana yang diperlihatkan dalam surah ayat tentang kerelaan kaum Anshor
membagi harta benda dan lainnya kepada kaum muhajirin.
8. Kemampuan dan ketinggian spritualitas Nabi Isa As ketabahan Nabi Yunus As,
keberaniaan Nabi Daud AS, kepasrahan Nabi Ismail AS, ketabahan Nabi Ibrahim AS
ketika menghadapi siksaan dari raja Namrudz.